A.
Kajian
Teori
1.
Belajar
dan Pembelajaran Matematika
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning is defined
as the modification or strengthening of behavior through experiencing)[1].
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni
mengalami.
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya[2].
Belajar juga dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
individu yang relatif tetap sebagai hasil dari pengalaman.
Jadi, belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang berkaitan dengan
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan pembelajaran merupakan upaya
penataan lingkungan yang memberi nuanasa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal[3]. Pembelajaran
adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Dalam pembelajaran
tugas guru yang paling utama adalah mengondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.Menurut Djahiri, dalam proses
pembelajaran prinsip utamanya adalah proses keterlibatan seluruh atau sebagian
besar potensi diri siswa (fisik dan non fisik) dan kebermaknaannya bagi diri
dan kehidupannya saat ini dan di masa yang akan datang.
Pembelajaran perlu memperhatikan hal- hal sebagai
berikut:
a)
Pembelajaran
harus lebih menekankan pada praktik, baik di laboratorium maupun di masyarakat
dan di dunia kerja (dunia usaha).
b)
Pembelajaran
harus dapat menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat.
c)
Perlu
dikembangkan iklim pembelajaran yang demokratis dan terbuka melalui
pembelajaran terpadu, partisipatif, dan sejenisnya.
d)
Pembelajaran
perlu lebih ditekankan pada masalah- masalah aktual yang secara langsung
berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat.
e)
Perlu
dikembangkan suatu model pembelajaran “moving
class”, untuk setiap bidang studi, dan kelas merupakan laboratorium untuk
masing- masing bidang studi sehingga dalam suatu kelas dilengkapi dengan
berbagai fasilitas dan sumber belajar yang diperlukan dalam pembelajaran[4].
Jadi, untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik, maka perlu diperhatikan beberapa hal di
atas dalam pembelajaran. Pendidik harus mampu membimbing peserta didik sehingga
dalam pembelajaran peserta didik dapat menguasai pelajarannya. Begitu juga
dengan pembelajaran matematika.
Matematika adalah
suatu bidang ilmu yang yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk
memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur- unsurnya logika dan intuisi,
analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas[5].
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa
simbol, numerik, bahasa yang majemuk dan emosional, tetapi ada juga yang
menyatakan bahwa matematika juga dapat dikatakan sebagai ilmu sains. Karena
matematika berkaitan dengan pengetahuan dan konsep abstrak yang diatur dengan urutan
logis, maka diperlukan kemampuan untuk menyampaikan matematika dengan melihat
kepada siapa matematika itu diberikan dan disesuaikan dengan tingkat kognitif peserta
didik.
Dalam teori belajar Gagne dinyatakan bahwa :
“Dalam belajar
matematika ada dua aspek yang dapat diperoleh siswa yaitu objek langsung dan
objek tidak langsung. Objek langsung antara lain kemampuan menyelidiki dan
memecahkan masalah, belajar mandiri, bersikap positif terhadap matematika dan
tahu bagaimana semestinya belajar. Sedangkan objek langsung berupa fakta,
keterampilan, konsep dan aturan”[6].
Dalam pembelajaran matematika, pengalaman belajar
masa lampau memegang peranan penting
untuk memahami konsep-konsep. Oleh karena itu,peserta didik diharapkan belajar
aktif dan tidak sekedar menerima apa saja yang diberikan oleh pendidik, peserta
didik yang aktif akan melibatkan dirinya dalam menemukan prinsip dasar sehingga
peserta didik lebih mengerti konsep dengan baik dan mengingat lebih lama serta
dapat menggunakan konsep-konsep tersebut dalam kehidupannya sehari- hari.
Agar pembelajaran matematika terlaksana dengan baik,
seorang pendidik harus bisa menerapkan model dan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan materi yang disampaikan, sehingga menimbulkan motivasi dan
semangat peserta didik untuk belajar matematika. Salah satunya adalah dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif dengan model Scramble.
2. Strategi
Pembelajaran Aktif
Salah satu kegiatan selama proses pembelajaran
adalah dengan meminta peserta didik untuk mengerjakan tugas- tugas tertentu,
baik yang dikerjakan secara mandiri maupun berkelompok. Seringkali peserta
didik diminta untuk membaca suatu topik guna menyusun suatu laporan singkat
atau untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan dalam suatu tes.
Agar dapat melakukan hal di atas, diperlukan
penerapan- penerapan strategi- strategi belajar belajar yang diterapkan mengacu
pada perilaku dan proses- proses berfikir yang digunakan peserta didik untuk menyelesaikan
tugas- tugasnya.
Secara umum strategi adalah suatu garis haluan dalam
bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.[7]
Jika dihubungkan dengan belajar mengajar strategi dapat diartikan sebagai pola-
pola umum kegiatan pendidik dan peserta didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Dengan kata lain,
strategi belajar adalah kiat atau cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Hal ini
sejalan dengan pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli yaitu:
a. Kemp menyatakan bahwa strategi
pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secera efektif dan efesian
b. Dick dan carey menyebutkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu set
materi dan posedur pembelajaran yang digunakan secara bersama untuk menimbulkan
hasil belajar pada siswa[8]
Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
bagian yang sangat penting dan memberi pengaruh terhadap pembelajaran.
Penggunaan strategi pembelajaran berguna untuk mencapai tujuan dalam
pembelajaran dan menimbulkan hasil belajar pada peserta didik.
Salah satu fungsi strategi adalah untuk mengaktifkan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi yang dapat mengaktifkan
peserta didik adalah strategi pembelajaran aktif. Menurut
Melvin L. Silberman menyebutkan strategi belajar aktif (Active Learning) yaitu
sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensif,
meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik menjadi aktif.[9]
Dalam
belajar aktif peserta didik diajak untuk turut serta dalam pembelajaran, tidak
hanya mental tetapi juga fisik. Jika
peserta didik aktif maka peserta didik akan mendominasi proses pembelajaran.
Peserta didik akan mengupayakan pemecahan masalah yang diberikan kepada mereka
dalam pembelajaran aktif. Hal ini memberikan dampak kepada peserta
didik, yaitu merasakan suasana yang lebih menyenangkan dan termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Ada
tiga tujuan penting yang harus dicapai dalam pembelajaran aktif, yaitu sebagai
berikut:
1)
Pembentukan
tim: membantu siswa untuk lebih mengenal satu sama lain dan menciptakan
semangat kerjasama dan interdependensi.
2)
Penilaian
sederhana: pelajarilah sikap, pengetahuan dan pengalaman siswa.
3)
Keterlibatan
belajar langsung: ciptakan minat awal terhadap pelajaran.[10]
Berdasarkan
tiga tujuan di atas, bila dicapai akan membantu dalam menciptakan lingkungan
belajar yang melibatkan peserta didik untuk ambil bagian dalam pembelajaran
aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif merupakan suatu
siasat yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan peserta didik untuk mempelajari materi secara optimal.
3.
Strategi Pembelajaran Aktifdengan model Scramble
Salah satu strategi dalam
pembelajaran aktif adalah model Scramble. Scramble merupakan model pembelajaran dengan membagikan
lembar kerja yang diisi peserta didik. Strategi pembelajaran aktif Scramble
merupakan strategi untuk memudahkan siswa dalam mencari jawaban.
Model Scramble ini dikembangkan untuk melatih peserta
didik memiliki kemampuan dan keterampilan menjawab pertanyaan.[11]Pada
dasarnya model Scramble ini merupakan
modifikasi dari metode tanya jawab yang merupakan kolaborasi dengan menggunakan
lembar kerja yg jawabannya di acak susunannya.
Langkah-langkah model
pembelajaran Scramble adalah sebagai berikut :
1.
Guru menyajikan
materi sesuai topik
2.
Guru membagikan
lembar kerja dengan jawaban yang di acak susunannya.
Setiap strategi pembelajaran
memiliki kelebihan dan kekurangan masig- masing. Berdasarkan pembahasan tentang
strategi pembelajaran aktif dengan model Scramble di atas, maka kelebihan
dan kekurangan dari model Scramble tersebut adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1)
Memudahkan
peserta didik dalam mencari jawaban
2)
Dapat
mendorong peserta didik untuk belajar mengerjakan soal tersebut.
Kekurangan:
1)
Peserta
didik kurang berpikir kritis
2)
Peserta
didik bisa saja mencontek jawaban teman lain.
4. Pembelajaran konvensional
Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia konvensional artinya berdasarkan kebiasaan atau
tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh pendidik. Pada umumnya pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang lebih terpusat pada pendidik (teacher center).
Akibatnya terjadi praktik belajar pembelajaran yang kurang optimal karena
pendidik membuat peserta didik pasif dalam kegiatan belajar dan pembelajaran.
Strategi
yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain adalah
ekspositori.[12]Strategi
ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan pada pendidik
sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi pada strategi ekspositori
dominasi pendidik sudah mulai berkurang, karena tidak terus menerus berbicara.
Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal.
Peserta
didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Pendidik bersama peserta didik
berlatih menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum
mengerti. Pendidik dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual,
menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal. Peserta
didik mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya atau
disuruh pendidik mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya
kegiatan pembelajaran masih kepada pendidik tetapi dominasi pendidik sudah mulai
berkurang[13].
Pembelajaran konvensional merupakan
pembelajaran yang dilakukan secara klasikal dengan strategi ekspositori dan
pemberian tugas secara individu. Menurut Nasution ciri – ciri pembelajaran
konvensional adalah :
1.
Tujuan tidak
dirumuskan secara spesifik ke dalam kelakuan yang dapat diukur.
2.
Bahan pelajaran
diberikan kepada kelompok atau kelas secara keseluruhan tanpa memperhatikan
siswa secara individu.
3.
Bahan pelajaran
umumnya berbentuk ceramah, kuliah, tugas tertulis dan media lain menurut
pertimbangan guru.
4.
Berorientasi pada
kegiatan guru dan mengutamakan kegiatan belajar.
5.
Siswa kebanyakan
bersifat pasif mendengar uraian guru.
6.
Semua siswa harus
belajar menurut kecepatan guru.
7.
Penguatan umumnya
diberikan setelah dilakukan ujian.
8.
Keberhasilan
belajar umumnya dinilai guru secara subjektif
9.
Pengajar umumnya
sebagai penyebar atau penyalur informasi utama.
10.
Siswa biasanya
mengikuti beberapa tes atau ulangan mengenai bahan yang dipelajari dan
berdasarkan angka hasil tes atau ulangan itulah nilai rapor yang diisikan.[14]
Kelemahan dari pembelajaran
konvensional antara lain :
1.
Pelajaran berjalan membosankan, siswa
hanya aktif membuat catatan saja
2.
Kepadatan konsep – konsep yang diajarkan
dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan
3.
Pengetahuan yang diperoleh melalui
ceramah lebih cepat terlupakan
4.
Ceramah menyebabkan belajar siswa
menjadi benar menghafal yang tidak menimbulkan pengertian.
Adapun kelebihan pembelajaran
konvensional adalah guru dapat menguasai seluruh arah kelas dan organisasi kelas
sederhana.[15]
Ciri- ciri pembelajaran konvensional di atas juga
merupakan ciri- ciri dari pembelajaran dengan strategi ekspositori. Pada pembelajaran dengan strategi ekspositori, terdapat kelebihan dan kelemahan
pelaksanaannya. Menurut Wina Sanjaya, keunggulan dan
kelemahan pada strategi pembelajaran ekspositori adalah[16]:
Keunggulan:
a.
Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai
bahan pelajaran yang disampaikan.
b.
Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
c.
Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d.
Digunakan
untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar
Kelemahan :
a.
Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
b.
Strategi
ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya
belajar.
c.
Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
d.
Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi, dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi),
dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dapat dipastikan proses
pembelajaran tidak mungkin berhasil.
e.
Oleh
karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way
communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan
materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu
arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa
yang diberikan guru.
Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang terpusat pada guru. Artinya guru lebih
aktif dari pada siswa.
Pelaksanaan pembelajaran konvensional yang
dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan strategi ekspositori.
Pada pembelajaran konvensional ini peserta didik belum diberikan kesempatan
untuk membangun pengetahuannya sendiri karena pembelajaran konvensional ini
cendrung memfokuskan peserta didik kepada belajar mengajar, membuat latihan,
mempersiapkan ujian harian maupun ujian semester.
5.
Komparasi Strategi Pembelajaran AktifGiving Question and Getting
Answer dengan Pembelajaran Konvensional
Adapun perbandingan
antara strategi pembelajaran aktifgiving
question and getting answerdengan pembelajaran konvensional terlihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.1. PerbandinganStrategi Pembelajaran Aktifdengan model Scramble dengan Pembelajaran Konvensional
No.
|
Strategipembelajaran
aktif dengan model Scramble
|
Pembelajaran Konvensional |
1.
|
Peserta didik
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
|
Peserta didik
secara pasif menerima informasi
|
2.
|
Peserta didik
menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, berdiskusi, berfikir kritis.
|
Waktu belajar peserta
didik sebagian besar digunakan untuk mengerjakan buku tugas, dan mengisi
latihan yang membosankan
|
3.
|
Keberhasilan
peserta didik dinilai secara objektif
|
Keberhasilan
peserta didik dinilai secara subjektif
|
6. Aktivitas Belajar
Prinsip belajar
pada dasarnya adalah melakukan aktivitas. Sebagaimana yang dikemukakan Sardiman,
A M bahwa setiap orang yang belajar harus aktif,tanpa adanya aktivitas maka
proses belajar tidak mungkin terjadi.[17]
Berdasarkan
pendapat tersebut, aktivitas merupakan hal yang penting dalam belajar
matematika. Aktivitas belajar matematika yang dimaksud adalah aktivitas yang
dilakukan siswa secara individu atau berkelompok untuk menyelesaikan
permasalahan matematika atau untuk menemukan konsep dasar matematika.
Indikator yang menyatakan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar menurut Paul B. Diedrich
adalah :
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
h. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenang, gugup[18].
Semua kegiatan
tersebut merupakan aktivitas peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat
berperan aktif dalam mencari sesuatu informasi guna memecahkan suatu
permasalahan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana
belajar yang kondusif, dimana peserta didik dapat mengembangkan aktivitas dan
kreativitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya
masing-masing.
Aktivitas peserta
didik dalam kelas dapat dilihat dari partisipasi peserta didik terhadap proses
pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam proses belajar mengajar, aktivitas peserta
didik terlahir karena adanya motivasi dan dorongan. Oleh sebab itu pendidik
harus berupaya untuk membimbing peserta didik agar dapat beraktivitas secara
maksimal.
Salah satu faktor
yang menyebabkan kurangnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar adalah metode belajar yang digunakan oleh guru, yaitu:
1. Metode mengajar yang mendasarkan diri pada
latihan mekanis tidak didasarkan pada pengertian
2. Metode mengajar yang menyebabkan murid
pasif, sehingga aktivitas anak kurang.
3. Guru hanya menggunakan satu metode saja dan
tidak bervariasi.[19]
Oleh karena itu, pendidikharus
kreatif dalam memilih suatu strategi atau model pembelajaran yang tepat untuk digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dikelas agar keaktifan peserta didikmeningkatdalam
belajar sehingga tercapai suatu tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Belajar yang
berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun
aktivitas psikis.[20] Aktivitas fisik adalah
peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, barmain ataupun
bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan. Aktivitas psikis adalah jika
daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka
pengajaran.
Setelah disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif dengan strategi pembelajaran dengan model scrambleaktivitas
yang akan diamati dalam penelitian iniadalah seperti yang terlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 2.2 Aktifitas yang akan diamati
No
|
Indikator
aktifitas
|
Aktifitas
yang diamati
|
1
|
Oral activities
|
Peserta
didik bertanya kepada temannya atau pendidik dari pembahasan materi yang
sedang dibahas
|
Peserta
didik menjawab pertanyaan dari temannya atau pendidik
|
||
Peserta didik mengeluarkan
pendapat saat berdiskusi kelompok
|
||
2
|
Mental activities
|
Peserta
didik menanggapi sewaktu berdiskusi
|
Peserta didik memecahkan soal
sewaktu berdiskusi
|
7. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu
tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam suatu kompetensi dasar[21].
Hasil belajar juga
merupakan suatu perubahan pada individu yang belajar, dengan kata lain bila
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut,
misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi
mengerti.
Berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil
belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori atau ranah antara
lain: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.[22] Perinciannya adalah
sebagai berikut :
1.
Ranah kognitif ( pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan
bahasa dan kecerdasan logika matematika )
2.
Ranah afektif ( sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan
antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional
)
3.
Ranah psikomotorik (keterampilan atau yang mencakup
kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musical).
Hasil belajar yang baik dapat ditransferkan[23]. Transfer belajar
terdapat bila sesuatu yang dipelajari dalam suatu bidang dapat digunakan di
dalam bidang lain. Bila seseorang tidak dapat mentransfer apa yang ia pelajari,
berarti ia gagal dalam transfernya. Sebaliknya bila ia dapat mentransfer apa
yang ia pelajari, berarti pelajaran yang ia ikuti berhasil.
Belajar merupakan salah satu kegiatan bagi
setiap orang, terutama peserta didik. Terjadinya perubahan tingkah laku dalam
waktu relatif lama yang disertai dengan usaha seseorang sehingga dari tidak
mampu mengerjakan menjadi mampu mengajarkan. Tanpa usaha walaupun terjadi
perubahan tingkah laku, bukanlah belajar. Perubahan tingkah laku itu disebut
hasil belajar[24].
Sedangkan suatu proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada diri
seseorang. Perubahan ini ditunjukkan dalam berbagai bentuk serta pengetahuan,
kemampuan daya kreasi dan lain sebagainya, perubahan yang terjadi disebut hasil
belajar[25].
Jadi, hasil belajar itu adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima
pengalaman belajarnya. Untuk mengetahui hasil belajar dapat dilakukan dengan
kegiatan penilaian.
B.Kerangka
Konseptual
Motivasi merupakan salah satu faktor yang turut
menentukan keefektifan pembelajaran. Namun banyak faktor yang menyebabkan
kurangnya motivasi belajar peserta didik, diantaranya penggunaan metode yang
kurang bervariasi sehingga kurang menunjang aktivitas dan kreativitas peserta
didik dan menjadikan peserta didik pasif dalam belajar. Peserta didik akan
belajar dengan baik apabila ada faktor pendorongnya.
Sementara model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik
selama ini tidak bervariasi. Ini menyebabkan pembelajaran terpusat pada pendidik
(teacher centre) sehingga peserta didik jenuh dalam belajar dan bahkan peserta
didik mempunyai keterbatasan dalam mengembangkan ide-idenya, kecendrungan yang
terjadi adalah peserta didik menghafal materi pelajaran. Dengan demikian, hasil
belajar matematika peserta didik pun
rendah. Oleh karena itu,
pendidik dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar peserta
didik sehingga dapat membentuk kompetensi dan mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran yang banyak melibatkan peserta didik. Untuk itu
diperlukan suatu strategi yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta
didik.
Salah satu strategi pembelajaran yang diduga dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik adalah strategi
pembelajaran aktifdengan
model Scramble.
Bagan 1 : Kerangka Konseptual
Proses
Pembelajaran
|
Kelas
Kontrol
|
Pembelajaran
konvensional
|
Hasil
Belajar
|
Hasil
Belajar
|
Strategi
pembelajaranaktifmodel Scramble
|
Kelas
eksperimen
|
Dibandingkan
|
Aktivitas
|
Dideskripsikan
|
C. Hipotesis
Hipotesis
penelitian ini adalah: “Hasil belajar
matematika peserta didiksetelah mengikutistrategi pembelajaran aktifmodel Scramble lebih baik daripada hasil belajar matematika peserta didikyang
mengikuti pembelajaran konvensional di kelas VII MTsS Syech Ibrahim Harun
Payakumbuh”.
[1] Oemar Hamalik,Kurikulum
dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,1994)hal.1
[2] Slameto, Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal.2
[3] Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer
, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), hal.8
[4] Kunandar,Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2008), hal.288
[5] Hamzah B.Uno, Model
Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal.129
[6] Erman Suherman, Strategi Pembelajaran…,hal. 35
[7]Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2005), hal.
11
[8] Wina Sanjaya, Strategi
PembelajaranBerorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008) , ha.l 126
[9] Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), hal. 49
[10] Melvin L. Silberman, Active
Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia, 2010) h. 61
[11] Taufina Taufik, Mozaik
Pembelajaran Inovatif (Padang:Sukabina Press,2011),hal.162
[12]Furahasekai,PembelajaranKonvensional.(online).Tersedia:http://furahasekai.wordpress.com/2011/09/06/pembelajaran-konvensional/, diakses 14
Februari 2013
[13] Erman Suherman, dkk,Strategi Pembelajaran…, h. 171
[14]Nasution, Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Jakarta:Bumi aksara, 2000),
hal.209
[15]Suryosubroto,Proses Belajar
Mengajar Disekolah,(Jakarta,Rineka Cipta,1996) hal166
[16]Wina Sanjaya,Kurikulum
Pembelajaran,(Bandung, Kencana,2008), hal 34
[17] Sardiman A. M,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1990), hal.
97
[18] Sardiman A. M,Interaksi dan…, hal.101
[19] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,
Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal.89
[20] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan
Pengajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), hal.6
[21] Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran… , hal.27
[22] Nana Sudjana, Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hal.22
[23] J. Mursell dan S. Nasution, Mengajar
dengan Sukses, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal.28
[24] Herman Hudoyo, Belajar dan mengajar matematika,(
Jakarta : Dirjen Dikti ), hal. 1
[25] Nana Sudjana, Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 1989 ), hal. 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar