Senin, 02 September 2013

Cover




Penerapan Model pembelajaran Scramble untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Matematika di Kelas VII MTsS Syech Ibrahim Harun Payakumbuh


Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Matematika Pada Jurusan Tarbiyah




DESI YULISMAR
2409.004




Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Tahun Akademik 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Dunia pendidikan mempunyai peranan penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa adalah perserta didik disetiap jenjang pendidikan yang merupakan salah satu sumber daya manusia yang baik, diperlukan usaha dari berbagai pihak termasuk bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu sarana yang mampu menciptakan sumber daya menusia secara kritis dan mandiri serta menyeluruh, karena ia merupakan modal dasar untuk mendapatkan manusia  yang berkualitas.
Dalam undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional juga menjelaskan bahwa :
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”[1].

Pemerintah telah melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana sekolah, kualifikasi guru, perbaikan kurikulum dan peningaktan standar kelulusan bagi setiap siswa yang akan menamatkan pendidikannya di setiap jenjang pendidikan. Perbaikan mutu pendidikan bertujuan untuk meningkatkan persentase kelulusan peserta didik dan hasil belajar, salah satu hasil belajar yang perlu ditingkatkan yaitu hasil belajar matematika, karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan peserta didik dijenjang pendidikan.
Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin banyak ilmu pengetahuan yang ia peroleh serta dia semakin dihargai dan dihormati. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran surat Al-mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
$pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#þqãZtB#uä#sŒÎ)Ÿ@ŠÏ%öNä3s9(#qßs¡¡xÿs?ÎûħÎ=»yfyJø9$#(#qßs|¡øù$$sùËx|¡øÿtƒª!$#öNä3s9(#sŒÎ)urŸ@ŠÏ%(#râà±S$#(#râà±S$$sùÆìsùötƒª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uyŠ4ª!$#ur$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?׎Î7yzÇÊÊÈ
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.[2]


Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya kita memiliki ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan, Allah akan meninggikan derajat manusia dan dengan ilmu pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Begitu besarnya pengaruh dunia pendidikan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasioanal, telah dilakukan pengkajian ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu ke waktu. Salah satunya dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami dunia sekitar. 
Diberlakukannya KTSP di sekolah menuntut peserta didik untuk bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi pelajaran yang diajarkan. Namun, dalam proses pembelajaran cendrung bersifat teacher center sehingga peserta didik cendrung pasif dalam proses pembelajaran. Sikap peserta didik yang cendrung pasif tersebut tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi hampir pada semua mata pelajaran termasuk matematika.
Berdasarkan etimologi (Elea Tinggih,1975:5) perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia penalaran. Sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.
Pembelajaran matematika bertujuan untuk meningkatkan penalaran dan daya fikir yang rasional, efektif, logis dalam menghadapi suatu masalah. Penguasaan akan ilmu matematika dapat mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika itu bersifat lentur dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangannya. Oleh karena itu, pendidik harus mampu menciptakanpembelajaran yang baik dan dinikmati oleh peserta didik yaitu meliputi pendidik itu sendiri, media pembelajaran, metode pembelajaran dan lingkungan. Dalam hal ini sangatlah dituntut peran pendidik didalamnya.
            Dalam pembelajaran matematika, pendidik harus mampu menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta didik. Pendidik harus mampu menggunakan media atau metode pembelajaran dengan baik. Pendidik yang kreatif adalah pendidik yang dapat menggunakan model pembelajaran yang bisa meningkatkan pemahaman, aktivitas, dan hasil belajar peserta didik.
Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh pendidik adalah metode ekspositori. Metode ekspositori yang biasa digunakan adalah metode ceramah, latihan soal, dan pemberian tugas. Pendidik lebih mendominasi dalam proses pembelajaran. Pembelajaran cendrung satu arah. Artinya pendidik lebih aktif daripada peserta didik dan pembelajaran pun bersifat monoton sehingga peserta didik jenuh dan memberikan respon yang kurang baik terhadap pembelajaran matematika.
Cara- cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik agar peserta didik tidak jenuh mengikuti pembelajaran matematika adalah meningkatkan motivasi dan aktifitas peserta didikdalam pembelajaran matematika yang berujung pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Salah satu cara untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik adalah dengan menerapkan dan mengkombinasikan berbagai model, metode ataupun pendekatan pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson, suasana kelas perlu dirancang dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lainnya[3].
Rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dalam mata pelajaran matematika, salah satunya disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan pendidik yang hanya menggunakan metode ekspositori, karena metode mengajar mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing maka keberhasilan belajar bergantung pada ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara tujuan pokok dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian pendidik yang mengajarkan materi tersebut.
Proses pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan mengunakan metode, dapat menghambat tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya kemampuan bernalar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran peserta didik kurang dilibatkan dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cendrung berpusat pada pendidik, dan klasikal. Selain itu peserta didik kurang dilatih untuk menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali peserta didik menyampaikan ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang diberikan oleh pendidik.
Dari beberapa model pembelajaran, ada model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan aktivitas dan hasil belajar peserta didik yaitudenganPenerapan Metode Scramble. Padadasarnya model pembelajaraniniadalah model pembelajarandenganmembagikanlembarkrja yang diisipesertadidik.
Langkah – langkah model pembelajaraniniadalahsbb :
1.      Guru menyajikanmaterisesuai topic
2.      Guru membagikanlembarkerjadenganjawaban yang di acaksusunannya.
Kelebihan model pembelajaraniniadalahmemudahkansiswamencarijawabandanmendorongpesertadidikuntukbelajarmengerjakansoaltersebut. Sedangkankekurangan model pembelajarniniadalahpesertadidikkurangberpikirkritisdanpesertadidik bias sajamencontekjawabanteman lain. Model pembelajaran ini dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan menjawab pertanyaan[4].
Denganmenggunakan model inipembelajaran tidak bersifat monoton lagi dan lebih kondusif dari sebelumnya, siswa tidak lagi menganggap bahwa pelajaran matematika itu sulit karena mereka sudah mengetahui bahwa materi yang mereka pelajari tersebut tidak jauh dari kehidupan sehari- hari mereka. Sehingga peserta didik tersebut bisa langsung menerapkan pembelajaran di sekolah ke dalam kehidupan keluarga dan masyarakat mereka.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di MTs S Syech Ibrahim HarunPayakumbuhpada tanggal 5Februari2013, didapat informasi dari beberapa peserta didik bahwa peserta didik beranggapan pelajaran matematika termasuk mata pelajaran yang sulit dan membingungkan sehingga sering timbul pertanyaan dari benak peserta didik tentang materi pelajar dan matematika yang sedang dipelajari. Akan tetapi hanya peserta didik tertentu saja yang aktif dan berani mengungkapkan pertanyaannnya ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh pendidik atau yang disebut dengan teacher center, sehingga peserta didik cendrung kelihatan pasif dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika di MTsS Syech Ibrahim Harun Payakumbuh tersebut pada tangal 5Februari 2013 diketahui bahwa kurangnya motivasi dan keaktifanpeserta didik dalam belajar matematika. Tanggapan atau umpan balik peserta didik terhadap apa yang sudah dijelaskan pendidik masih kurang.
Dampak dari permasalahan di atas adalah prestasi belajar peserta didik kelas VII MTsS Syech Ibrahim HarunPayakumbuh masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.
Persentase Ketuntasan Nilai UH Matematika Peserta didik Kelas VIIMTsS Syech Ibrahim Harun Payakumbuh Tahun Pelajaran 2012/2013

KKM
Kelas
Jumlah
Siswa
Rata – rata
Persentase (%)
Tuntas
Tidak Tuntas


75
VII 1
31
70.322
48,387
51,612
VII 2
30
71.666
56,666
43,333
VII 3
30
67.166
43,333
56,666
    (Sumber: Guru Bidang Studi Matematika Kelas VII MTsSSyech Ibrahim      HarunPayakumbuh)
Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil belajarpeserta didik kelas VII MTsS Syech Ibrahim HarunPayakumbuh masih rendah. Agar kondisi tersebut tidak berlanjut terus menerus, maka dibutuhkanlah strategi yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Strategi  yang dimaksud adalah strategi pembelajaran aktif dengan model Scramble. Strategi model Scramble ini dikembangkan untuk melatih peserta didik agar memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan[5].

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian denganjudul “Penerapan ModelpembelajaranScramble untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar  Matematika di Kelas VII Mts Syech Ibrahim Harun  Payakumbuh’’.
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1.      Kurangnya aktivitas siswa dalam belajar
2.      Hasil belajar siswa masih rendah
3.      Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal
4.      Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
5.      Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih kurang

C.    Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1)      Kemampuan guru dalam merapkan model pembelajaran matematika di kelas VII MTsS Syech Ibrahim HarunPayakumbuh
2)      Kurangnya aktifitas siswa kelas VII MTsSSyech Ibrahim HarunPayakumbuh dalam kegiatan pembelajaran
3)      Kurangnya kemampuan siswa kelas VII MTsS Syech Ibrahim HarunPayakumbuhdalam memahami konsep matematika yang dipelajari
4)      Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII MTsSSyech Ibrahim HarunPayakumbuh

D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagi berikut:
1.        Apakah Melalui Penerapan ModelpembelajaranScrambledapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII MTs Syech Ibrahim Harun Payakumbuh
2.        Bagaimana aktivitas siswa Melalui Penerapan ModelpembelajaranScrambledapat Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsS Syech Ibrahim Harun Payakumbuh

E.     Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui bagaimana kemampuan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran Scramble
2.      Mengetahui bagaimana aktifitas peserta didik dalam belajar matematika selama diterapkannyamodel pembelajaran Scramble
3.      Mengetahui adakah peningkatan kemampuan peserta didik dalam memahami konsep matematika setelah mengikuti model pembelajaran Scramble.

F.     Manfaat  Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a.       Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran matematika dengan menerapkan sehingga pembelajaran tidak lagi kaku dan monoton
b.      Bagi pendidik, agar dapat digunakan sebagai masukan untuk dapat menerapkan metode pembalajaran yang lain selain pembelajaran ekspositori.

G.   Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam memahami proposal ini maka peneliti akan menjelaskan beberapa istilah di bawah ini:
1.             Strategi pembelajaran aktif merupakan perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk menguasai pembelajaran secara optimal.
2.             Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh pendidik. Strategi yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional adalah ekspositori. Strategi ekspositori adalah suatu strategi dimana pendidik tidak hanya menjelaskan materi pelajaran tetapi juga memberikan contoh soal dan latihan kepada peserta didik. 
3.             Aktivitas peserta didik  adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik tersebut selama proses pembelajaran. Kegiatan ini bisa berupa kegiatan mendengar, menulis, bertanya dan menjawab pertanyaan, berdiskusi, dan lain- lain.
4.             Hasil belajar peserta didik adalah kemampuan- kemampuan yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Kemampuan yang diperoleh peserta didik tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari oleh peserta didik.



[1] Dinas Pendidikan Nasional uu no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional(bandung:fokus media,2003),h.3
[2]Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009) hal. 543
[3]Johnson & Johnson (1989) dikutip dari Anita Lie, cooperatif Learning, (Jakarta : PT Gramedia, 2002), hal.7
[4]Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, (( Surabaya: Pustaka Pelajar, 2010 ), hal. 107
[5]Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,( Surabaya: Pustaka Pelajar, 2010 ), hal. 107