Sabtu, 14 September 2013
Senin, 02 September 2013
Cover
Penerapan
Model pembelajaran Scramble untuk
Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Matematika di Kelas VII MTsS Syech
Ibrahim Harun Payakumbuh
Proposal Penelitian
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana
Pendidikan Matematika
Pada Jurusan Tarbiyah
2409.004
Program
Studi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah
Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Sjech
M. Djamil Djambek Bukittinggi
Tahun
Akademik 2012/2013
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dunia pendidikan mempunyai peranan
penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa adalah
perserta didik disetiap jenjang pendidikan yang merupakan salah satu sumber
daya manusia yang baik, diperlukan usaha dari berbagai pihak termasuk bidang
pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu sarana yang
mampu menciptakan sumber daya menusia secara kritis dan mandiri serta
menyeluruh, karena ia merupakan modal dasar untuk mendapatkan manusia yang berkualitas.
Dalam undang-undang no.20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional juga menjelaskan bahwa :
“pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara efektif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”[1].
Pemerintah telah melakukan berbagai
usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan, seperti perbaikan dan peningkatan
sarana dan prasarana sekolah, kualifikasi guru, perbaikan kurikulum dan
peningaktan standar kelulusan bagi setiap siswa yang akan menamatkan
pendidikannya di setiap jenjang pendidikan. Perbaikan mutu pendidikan bertujuan
untuk meningkatkan persentase kelulusan peserta didik dan hasil belajar, salah
satu hasil belajar yang perlu ditingkatkan yaitu hasil belajar matematika,
karena matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu
kelulusan peserta didik dijenjang pendidikan.
Semakin
tinggi pendidikan seseorang semakin banyak ilmu pengetahuan yang ia peroleh
serta dia semakin dihargai dan dihormati. Sebagaimana dijelaskan dalam Alquran
surat Al-mujadilah ayat 11 yang berbunyi:
$pkr'¯»ttûïÏ%©!$#(#þqãZtB#uä#sÎ)@Ï%öNä3s9(#qßs¡¡xÿs?ÎûħÎ=»yfyJø9$#(#qßs|¡øù$$sùËx|¡øÿtª!$#öNä3s9(#sÎ)ur@Ï%(#râà±S$#(#râà±S$$sùÆìsùötª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uy4ª!$#ur$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?×Î7yzÇÊÊÈ
Artinya:
Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.[2]
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa betapa pentingnya kita memiliki
ilmu pengetahuan. Karena dengan ilmu pengetahuan, Allah akan meninggikan
derajat manusia dan dengan ilmu pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang
baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah.
Begitu besarnya pengaruh dunia pendidikan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, perbaikan mutu pendidikan dan pengajaran senantiasa harus
tetap diupayakan dan dilaksanakan dengan jalan meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Sebagai
upaya peningkatan mutu pendidikan secara nasioanal, telah dilakukan pengkajian
ulang terhadap kurikulum. Sehingga terjadi penyempurnaan kurikulum dari waktu
ke waktu. Salah satunya dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang
proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami dunia
sekitar.
Diberlakukannya
KTSP di sekolah menuntut peserta didik untuk bersikap aktif, kreatif, dan
inovatif dalam menanggapi pelajaran yang diajarkan. Namun, dalam proses
pembelajaran cendrung bersifat teacher
center sehingga peserta didik cendrung pasif dalam proses pembelajaran.
Sikap peserta didik yang cendrung pasif tersebut tidak hanya terjadi pada mata
pelajaran tertentu saja tetapi hampir pada semua mata pelajaran termasuk
matematika.
Berdasarkan
etimologi (Elea Tinggih,1975:5) perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini dimaksudkan bukan berarti ilmu lain
diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih
menekankan aktivitas dalam dunia penalaran. Sedangkan dalam ilmu lain lebih
menekankan hasil observasi atau eksperimen disamping penalaran.
Pembelajaran
matematika bertujuan untuk meningkatkan penalaran dan daya fikir yang rasional,
efektif, logis dalam menghadapi suatu masalah. Penguasaan akan ilmu matematika
dapat mempersiapkan siswa dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Matematika itu bersifat lentur dan
selalu berkembang sesuai dengan perkembangannya. Oleh karena itu, pendidik
harus mampu menciptakanpembelajaran yang baik dan dinikmati oleh peserta didik
yaitu meliputi pendidik itu sendiri, media pembelajaran, metode pembelajaran
dan lingkungan. Dalam hal ini sangatlah dituntut peran pendidik didalamnya.
Dalam pembelajaran matematika, pendidik
harus mampu menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi peserta
didik. Pendidik harus mampu menggunakan media atau metode pembelajaran dengan
baik. Pendidik yang kreatif adalah pendidik yang dapat menggunakan model pembelajaran yang bisa
meningkatkan pemahaman, aktivitas, dan hasil belajar peserta didik.
Metode
pembelajaran yang sering digunakan oleh pendidik adalah metode ekspositori.
Metode ekspositori yang biasa digunakan adalah metode ceramah, latihan soal,
dan pemberian tugas. Pendidik lebih mendominasi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran cendrung satu arah. Artinya pendidik lebih aktif daripada peserta
didik dan pembelajaran pun bersifat monoton sehingga peserta didik jenuh dan
memberikan respon yang kurang baik terhadap pembelajaran matematika.
Cara-
cara yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik agar peserta didik tidak jenuh
mengikuti pembelajaran matematika adalah meningkatkan motivasi dan aktifitas peserta
didikdalam pembelajaran matematika yang berujung pada peningkatan hasil belajar
peserta didik. Salah satu cara untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta
didik adalah dengan menerapkan dan mengkombinasikan berbagai model, metode
ataupun pendekatan pembelajaran.
Menurut
Johnson & Johnson, suasana kelas perlu dirancang dan dibangun sedemikian
rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lainnya[3].
Rendahnya
hasil belajar yang diperoleh oleh peserta didik dalam mata pelajaran matematika,
salah satunya disebabkan oleh metode mengajar yang diterapkan pendidik yang hanya
menggunakan metode ekspositori, karena metode mengajar mempunyai karakteristik
tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing maka keberhasilan
belajar bergantung pada ketepatan pemilihan metode dalam arti kesesuaian antara
tujuan pokok dengan metode, situasi dan kondisi serta kepribadian pendidik yang
mengajarkan materi tersebut.
Proses
pembelajaran membutuhkan metode yang tepat. Kesalahan mengunakan metode, dapat
menghambat tujuan pendidikan yang diinginkan. Dampak yang lain adalah rendahnya
kemampuan bernalar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Hal ini
disebabkan karena dalam proses pembelajaran peserta didik kurang dilibatkan
dalam situasi optimal untuk belajar, pembelajaran cendrung berpusat pada
pendidik, dan klasikal. Selain itu peserta didik kurang dilatih untuk
menganalisis permasalahan matematika, jarang sekali peserta didik menyampaikan
ide untuk menjawab pertanyaan bagaimana proses penyelesaian soal yang diberikan
oleh pendidik.
Dari beberapa model pembelajaran,
ada model pembelajaran yang menarik dan dapat memicu peningkatan aktivitas dan
hasil belajar peserta didik yaitudenganPenerapan Metode Scramble. Padadasarnya
model pembelajaraniniadalah model pembelajarandenganmembagikanlembarkrja yang
diisipesertadidik.
Langkah – langkah model pembelajaraniniadalahsbb
:
1.
Guru
menyajikanmaterisesuai topic
2.
Guru
membagikanlembarkerjadenganjawaban yang di acaksusunannya.
Kelebihan model
pembelajaraniniadalahmemudahkansiswamencarijawabandanmendorongpesertadidikuntukbelajarmengerjakansoaltersebut.
Sedangkankekurangan model
pembelajarniniadalahpesertadidikkurangberpikirkritisdanpesertadidik bias
sajamencontekjawabanteman lain. Model pembelajaran ini dikembangkan untuk melatih
peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan menjawab pertanyaan[4].
Denganmenggunakan model inipembelajaran tidak bersifat monoton lagi dan lebih kondusif
dari sebelumnya, siswa tidak lagi menganggap bahwa pelajaran matematika itu
sulit karena mereka sudah mengetahui bahwa materi yang mereka pelajari tersebut
tidak jauh dari kehidupan sehari- hari mereka. Sehingga peserta didik tersebut
bisa langsung menerapkan pembelajaran di sekolah ke dalam kehidupan keluarga
dan masyarakat mereka.
Berdasarkan
hasil observasi yang peneliti lakukan di MTs S Syech Ibrahim HarunPayakumbuhpada tanggal 5Februari2013, didapat informasi dari
beberapa peserta didik bahwa peserta didik beranggapan pelajaran matematika
termasuk mata pelajaran yang sulit dan membingungkan sehingga sering timbul
pertanyaan dari benak peserta didik tentang materi pelajar dan matematika yang sedang
dipelajari. Akan tetapi hanya peserta didik tertentu saja yang aktif dan berani
mengungkapkan pertanyaannnya ketika proses pembelajaran berlangsung. Dalam
proses pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh pendidik atau yang disebut
dengan teacher center, sehingga peserta didik cendrung kelihatan pasif
dan kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Dari
hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika di MTsS
Syech Ibrahim Harun Payakumbuh tersebut pada tangal 5Februari 2013 diketahui bahwa
kurangnya motivasi dan keaktifanpeserta didik dalam belajar matematika.
Tanggapan atau umpan balik peserta didik terhadap apa yang sudah dijelaskan pendidik
masih kurang.
Dampak dari permasalahan di atas
adalah prestasi belajar peserta didik kelas VII MTsS Syech
Ibrahim HarunPayakumbuh
masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.
|
Persentase Ketuntasan Nilai UH
Matematika Peserta didik Kelas VIIMTsS Syech Ibrahim Harun Payakumbuh Tahun
Pelajaran 2012/2013
|
KKM
|
Kelas
|
Jumlah
Siswa
|
Rata – rata
|
Persentase (%)
|
|
Tuntas
|
Tidak Tuntas
|
||||
75
|
VII 1
|
31
|
70.322
|
48,387
|
51,612
|
VII 2
|
30
|
71.666
|
56,666
|
43,333
|
|
VII 3
|
30
|
67.166
|
43,333
|
(Sumber: Guru Bidang Studi Matematika Kelas
VII MTsSSyech Ibrahim HarunPayakumbuh)
Dari
tabel di atas terlihat bahwa hasil belajarpeserta didik kelas VII MTsS Syech
Ibrahim HarunPayakumbuh
masih rendah. Agar kondisi
tersebut tidak berlanjut terus menerus, maka dibutuhkanlah strategi yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Strategi yang dimaksud adalah strategi pembelajaran
aktif dengan model Scramble. Strategi model Scramble ini
dikembangkan untuk melatih peserta didik agar memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan[5].
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
denganjudul “Penerapan ModelpembelajaranScramble untuk Meningkatkan
Aktifitas dan Hasil Belajar Matematika
di Kelas VII Mts Syech Ibrahim Harun Payakumbuh’’.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya
aktivitas siswa dalam belajar
2. Hasil
belajar siswa masih rendah
3. Kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal
4. Kurangnya
pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran
5. Kemampuan
guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih kurang
C.
Batasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan
masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1) Kemampuan guru dalam merapkan model
pembelajaran matematika di kelas VII MTsS Syech Ibrahim HarunPayakumbuh
2) Kurangnya aktifitas siswa kelas VII MTsSSyech
Ibrahim HarunPayakumbuh
dalam kegiatan pembelajaran
3) Kurangnya kemampuan siswa kelas VII MTsS Syech Ibrahim
HarunPayakumbuhdalam
memahami konsep matematika yang dipelajari
4) Rendahnya hasil belajar matematika
siswa kelas VII MTsSSyech Ibrahim HarunPayakumbuh
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
batasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagi
berikut:
1.
Apakah Melalui Penerapan ModelpembelajaranScrambledapat Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas VII MTs Syech Ibrahim Harun Payakumbuh
2.
Bagaimana aktivitas
siswa Melalui Penerapan ModelpembelajaranScrambledapat
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII MTsS Syech
Ibrahim Harun Payakumbuh
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan
permasalahan penelitian yang akan diteliti, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1.
Mengetahui bagaimana kemampuan pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran Scramble
2.
Mengetahui bagaimana aktifitas peserta didik dalam belajar
matematika selama diterapkannyamodel pembelajaran Scramble
3.
Mengetahui adakah peningkatan kemampuan peserta didik dalam
memahami konsep matematika setelah mengikuti model pembelajaran Scramble.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Bagi
peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran
matematika dengan menerapkan sehingga pembelajaran tidak lagi kaku dan monoton
b. Bagi
pendidik, agar dapat digunakan sebagai masukan untuk dapat menerapkan metode
pembalajaran yang lain selain pembelajaran ekspositori.
G.
Defenisi Operasional
Agar
tidak terjadi kekeliruan dalam memahami proposal ini maka peneliti akan
menjelaskan beberapa istilah di bawah ini:
1.
Strategi pembelajaran aktif merupakan perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi
siswa untuk menguasai pembelajaran secara optimal.
2.
Pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang biasa
dilakukan oleh pendidik. Strategi yang sering dipakai dalam pembelajaran
konvensional adalah ekspositori. Strategi ekspositori adalah suatu strategi
dimana pendidik tidak hanya menjelaskan materi pelajaran tetapi juga memberikan
contoh soal dan latihan kepada peserta didik.
3.
Aktivitas peserta didik adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik tersebut selama proses pembelajaran. Kegiatan ini bisa berupa
kegiatan mendengar, menulis, bertanya dan menjawab pertanyaan, berdiskusi, dan
lain- lain.
4.
Hasil belajar peserta didik adalah kemampuan- kemampuan yang
diperoleh oleh peserta didik setelah mengalami proses pembelajaran. Kemampuan
yang diperoleh peserta didik tersebut tergantung pada apa yang telah dipelajari
oleh peserta didik.
[1] Dinas Pendidikan Nasional uu no.20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional(bandung:fokus media,2003),h.3
[2]Departemen Agama RI, Al-Quran
dan Terjemahannya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009) hal. 543
[3]Johnson & Johnson (1989) dikutip dari Anita Lie, cooperatif Learning, (Jakarta : PT
Gramedia, 2002), hal.7
[4]Agus Suprijono, Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, ((
Surabaya: Pustaka Pelajar, 2010 ), hal. 107
[5]Agus Suprijono, Cooperative
Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM,( Surabaya: Pustaka Pelajar, 2010 ),
hal. 107
Langganan:
Postingan (Atom)